Pengertian Diksi, Fungsi, Jenis, dan Syaratnya

Pengertian diksi adalah pemilihan kata-kata yang sesuai dengan apa yang hendak kita ungkapkan. Di dalam sebuah karangan, diksi bisa diartikan sebagai pilihan kata pengarang untuk menggambarkan sebuah cerita.

Jika kita menulis atau berbicara, kita selalu menggunakan kata. Kata tersebut dibentuk menjadi kelompok kata, klausa, kalimat, paragraf dan akhirnya sebuah wacana. Diksi sudah menjadi bagian keseharian kita yang tidak mungkin lepas.

Diksi yang baik dan digunakan secara tepat dapat menciptakan sebuah karya yang baik pula. Untuk lebih jelasnya tentang pengertian diksi dan fungsinya, silakan simak pembahasan berikut sampai akhir.

Pengertian Diksi

Diksi bukan hanya berarti pilih memilih kata melainkan digunakan untuk menyatakan gagasan atau menceritakan peristiwa tetapi juga meliputi persoalan gaya bahasa, ungkapan-ungkapan dan sebagainya.

Menurut KBBI Daring, pengertian diksi adalah pilihan kata yang tepat dan selaras (dalam penggunaannya) untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu (seperti yang diharapkan).

Diksi atau Plilihan kata mencakup pengertian kata-kata mana yang harus dipakai untuk mencapai suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata-kata yang tepat atau menggunakan ungkapan-ungkapan, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu situasi.

Baca juga: Praktek atau Praktik kah? Apotek atau Apotik kah? Manakah yang Baku?

Fungsi Diksi

Dari penjelasan diksi di atas, fungsi diksi adalah untuk pemilihan kata agar gagasan dapat tersampaikan dengan baik. Selain itu, diksi juga berfungsi untuk memperindah suatu kalimat. Berikut beberapa fungsi diksi secara umum:

  • Menyampaikan gagasan dengan kata yang tepat
  • Menciptakan proses komunikasi yang efektif
  • Memperindah kalimat sehingga sesuai dengan konteks
  • Menghindari terjadinya multitafsir

Jenis-Jenis Diksi

Diksi secara umum terbagi menjadi dua jenis, berdasarkan makna dan berdasarkan leksikal. Berikut penjelasannya.

Diksi Berdasarkan Makna

Makna sebuah kata/sebuah kalimat merupakan makna yang tidak selalu berdiri sendiri. Adapun makna menurut (Chaer, 1994: 60) terbagi atas beberapa kelompok yaitu:

Makna Leksikal dan Makna Gramatikal

Makna Leksikal adalah makna yang sesuai dengan referennya, sesuai dengan hasil observasi alat indera/makna yang sungguh-sungguh nyata dalam kehidupan kita.

Contoh: Kata tikus, makna leksikalnya adalah binatang yang menyebabkan timbulnya penyakit (Tikus itu mati diterkam kucing).

Makna Gramatikal adalah untuk menyatakan makna-makna atau nuansa-nuansa makna gramatikal, untuk menyatakan makna jamak bahasa Indonesia, menggunakan proses reduplikasi seperti kata: buku yang bermakna “sebuah buku,” menjadi buku-buku yang bermakna “banyak buku”.

Makna Referensial dan Nonreferensial

Makna referensial dan nonreferensial perbedaannya adalah berdasarkan ada tidaknya referen dari kata-kata itu. Maka kata-kata itu mempunyai referen, yaitu sesuatu di luar bahasa yang diacu oleh kata itu.

Kata bermakna referensial, kalau mempunyai referen, sedangkan kata bermakna nonreferensial kalau tidak memiliki referen.

Contoh:

  • Kata meja dan kursi (bermakna referen)
  • Kata karena dan tetapi (bermakna nonreferensial)

Baca juga: Pengertian Membaca, Proses, Jenis, Aspek, dan Tahap Kegiatannya

Makna Denotatif dan Konotatif

Makna denotatif adalah makna asli, makna asal atau makna sebenarnya yang dimiliki sebuah leksem. Contoh: Kata kurus, bermakna denotatif keadaan tubuhnya yang lebih kecil dari ukuran badannya normal.

Makna konotatif adalah makna lain yang ditambahkan pada makna denotatif tadi yang berhubungan dengan nilai rasa orang/kelompok orang yang menggunakan kata tersebut.

Contoh: Kata kurus pada contoh tersebut bermakna konotatif netral, artinya tidak memiliki nilai rasa yang mengenakkan, tetapi kata ramping bersinonim dengan kata kurus itu memiliki konotatif positif, nilai yang mengenakkan. Orang akan senang bila dikatakan ramping.

Makna Konseptual dan Makna Asosiatif

Makna konseptual adalah makna yang dimiliki oleh sebuah leksem terlepas dari konteks atau asosiasi apapun. Contoh: Kata kuda memiliki makna konseptual “sejenis binatang berkaki empat yang bisa dikendarai”.

Makna asosiatif adalah makna yang dimiliki sebuah leksem/kata berkenaan dengan adanya hubungan kata itu dengan suatu yang berada diluar bahasa. Contoh: Kata melati berasosiasi dengan suatu yang suci/kesucian. Kata merah berasosiasi berani/paham komunis.

Makna Kata dan Makna Istilah

Makna kata, walaupun secara sinkronis tidak berubah, tetapi karena berbagai faktor dalam kehidupan dapat menjadi bersifat umum. Makna kata itu baru menjadi jelas kalau sudah digunakan dalam suatu kalimat.

Contoh: Kata tahanan, bermakna orang yang ditahan,tapi bisa juga hasil perbuatan menahan. Kata air, bermakna air yang berada di sumur, di gelas, di bak mandi atau air hujan.

Makna istilah memiliki makna yang tetap dan pasti. Ketetapan dan kepastian makna istilah itu karena istilah itu hanya digunakan dalam bidang kegiatan atau keilmuan tertentu.

Contoh: Kata tahanan di atas masih bersifat umum, istilah di bidang hukum, kata tahanan itu sudah pasti orang yang ditahan sehubungan suatu perkara.

Makna Idiomatikal dan Peribahasa

Yang dimaksud dengan idiom adalah satuan-satuan bahasa (ada berupa baik kata, frase, maupun kalimat) maknanya tidak dapat diramalkan dari makna leksikal, baik unsur-unsurnya maupun makna gramatikal satuan-satuan tersebut.

Contoh: Kata ketakutan, kesedihan, keberanian, dan kebimbangan memiliki makna hal yang disebut makna dasar, Kata rumah kayu bermakna, rumah yang terbuat dari kayu.

Makna pribahasa bersifat memperbandingkan atau mengumpamakan, maka lazim juga disebut dengan nama perumpamaan. Contoh: Bagai, bak, laksana dan umpama lazim digunakan dalam peribahasa.

Makna Kias dan Lugas

Makna kias adalah kata, frase dan kalimat yang tidak merujuk pada arti sebenarnya. Contoh: Putri malam bermakna bulan, Raja siang bermakna matahari.

Baca juga: Pengertian Kalimat Efektif dan Tidak Efektif Lengkap dengan Syarat dan Contohnya

Diksi Berdasarkan Leksikal

Sinonim

Menurut Wikipedia, sinonim adalah sebuah kata yang memiliki bentuk yang berbeda namun memiliki arti atau pengertian yang sama atau mirip. Berbeda bentuk namun sama maknanya. Sinonim kadang kala disebut dengan padanan kata atau persamaan makna.

Contoh diksi:

  • pakaian = baju
  • aku = saya
  • bunga = kembang
  • senang = bahagia
  • binatang = fauna

Antonim

Antonim merupakan kebalikan dari sinonim. Sinonim merupakan padanan kata sementara antonim adalah lawan kata.

Contoh diksi:

  • rajin x malas
  • mahal x murah
  • kanan x kiri
  • tua x muda

Homonim

Homonim adalah sebuah kata yang berbeda makna tetapi lafal dan ejaannya sama. Kalau lafalnya yang sama disebut homofon. Kalau yang sama adalah ejaannya, disebut dengan homograf.

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, homonim adalah kata yang sama lafal dan ejaannya, tetapi berbeda maknanya karena berasal dari sumber yang berlainan (seperti hak pada hak asasi manusia, dan hak pada hak sepatu).

Contoh diksi:

  • bulan (nama satelit atau nama kalender)
  • genting (atap rumah atau keadaan)
  • rapat (sempit atau pertemuan)
  • tahu (makanan atau paham)

Contoh diksi homofon: bank dengan bang, masa dengan massa

Contoh diksi homograf: tahu dengan tahu

Polisemi

Polisemi adalah sebuah kata yang memiliki banyak makna.

Contoh diksi:

  1. Tangannya berdarah karena tak sengaja terkena pisau
  2. Budi masih punya hubungan darah dengan Bedu
  3. Akar permasalahan itu harus segera dicari supaya masalah tidak semakin meluas
  4. Akar pohon itu mengganggu trotoar

Hiponim

Hiponim adalah suatu kata yang tercakup/terwakili oleh kata hipernim.

Contoh diksi:

  • Hiponim: anggrek, mawar, kembang sepatu
  • Hipernim: bunga

Hipernim

Hipernim adalah suatu kata yang mewakili kata lain.

Contoh diksi:

  • Hipernim: hewan
  • Hiponim: serangga, ikan, kucing

Baca juga: Pengertian Menulis, Unsur, Syarat, Tahap, Jenis, dan Manfaatnya

Syarat-Syarat Diksi

Agar dapat menghasilkan cerita yang menarik melalui pilihan kata maka diksi yang baik harus memenuhi syarat, seperti:

Ketepatan dalam pemilihan kata dalam menyampaikan suatu gagasan

Seorang pengarang harus mempunyai kemampuan untuk membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa bagi pembacanya. Menguasai berbagai macam kosakata dan mampu memanfaatkan kata-kata tersebut menjadi sebuah kalimat yang jelas, efektif dan mudah dimengerti.

Contoh Paragraf:

  • Hari ini Aku pergi ke pantai bersama dengan teman-temanku. Udara disana sangat sejuk. Kami bermain bola air sampai tak terasa hari sudah sore. Kami pun pulang tak lama kemudian.
  • Liburan kali ini Aku dan teman-teman berencana untuk pergi ke pantai. Kami sangat senang ketika hari itu tiba. Begitu sampai disana kami sudah disambut oleh semilir angin yang tak henti-hentinya bertiup. Ombak yang berkejar-kejaran juga seolah tak mau kalah untuk menyambut kedatangan kami. Kami menghabiskan waktu sepanjang hari disana, kami pulang dengan hati senang.

Kedua paragraf diatas punya makna yang sama. Tapi dalam pemilihan diksi pada contoh paragraf kedua menjadi enak dibaca, tidak membosankan bagi pembacanya.

Dapat membedakan denotasi dan konotasi dengan benar

Makna denotatif adalah makna dalam alam wajar secara eksplisit. Makna wajar ini adalah makna yang sesuai dengan apa adanya. Denotatif adalah suatu pengertian yang terkandung sebuah kata secara objektif. Sering juga makna denotatif disebut makna konseptual.

Kata makan misalnya, bermakna memasukkan sesuatu kedalam mulut, dikunyah, dan ditelan. Makna kata makan seperti ini adalah makna denotatif.

Makna konotatif adalah makna asosiatif, makna yang timbul sebagai akibat dari sikap sosial, sikap pribadi, dan kriteria tambahan yang dikenakan pada sebuah makna konseptual. Kata makan dalam makna konotatif dapat berarti untung atau pukul.

Makna konotatif berbeda dari zaman ke zaman. Ia tidak tetap. Kata kamar kecil mengacu kepada kamar yang kecil (denotatif) tetapi kamar kecil berarti juga jamban (konotatif). Dalam hal ini, kita kadang-kadang lupa apakah suatu makna kata adalah makna denotatif atau konotatif.

Dapat membedakan kata umum dan kata khusus dengan benar

Kata umum dibedakan dari kata khusus berdasarkan ruang-lingkupnya. Makin luas ruang lingkup suatu kata, maka makin umum sifatnya. Makin umum suatu kata, maka semakin terbuka kemungkinan terjadinya salah paham dalam pemaknaannya.

Makin sempit ruang lingkupnya, makin khusus sifatnya sehingga makin sedikit kemungkinan terjadinya salah paham dalam pemaknaannya, dan makin mendekatkan penulis pada pilihan kata secara tepat.

Misalnya, kata ikan memiliki acuan yang lebih luas daripada kata mujair atau tawes. Ikan tidak hanya mujair atau tidak seperti gurame, lele, sepat, tuna, baronang, nila, ikan koki dan ikan mas. Sebaliknya, tawes pasti tergolong jenis ikan demikian juga gurame, lele, sepat, tuna, dan baronang pasti merupakan jenis ikan.

Dalam hal ini kata acuannya lebih luas disebut kata umum, seperti ikan, sedangkan kata yang acuannya lebih khusus disebut kata khusus, seperti gurame, lele, tawes, dan ikan mas.

Dapat memahami dengan tepat makna kata abstrak dan kata konkret

Kata yang acuannya semakin mudah diserap panca-indra disebut kata konkret, seperti meja, rumah, mobil, air, cantik, hangat, wangi, suara. Jika acuan sebuah kata tidak mudah diserap panca indra, kata itu disebut kata abstrak, seperti gagasan dan perdamaian. Kata abstrak digunakan untuk mengungkapkan gagasan rumit.

Kata abstrak mampu membedakan secara halus gagasan yang sifat teknis dan khusus. Akan tetapi, jika kata abstrak terlalu diobral atau dihambur-hamburkan dalam suatu karangan. Karangan tersebut dapat menjadi samar dan tidak cermat.

Baca juga: Pengertian Bahasa, Fungsi Bahasa, dan Tujuan Kemahiran Berbahasa

Dapat membedakan kata-kata yang hampir bersinonim

Sinonim adalah dua kata atau lebih yang pada asasnya mempunyai makna yang sama, tetapi bentuknya berlainan. Kesinoniman kata tidaklah mutlak, hanya ada kesamaan atau kemiripan.

Kita ambil contoh cermat dan cerdik kedua kata itu bersinonim, tetapi kedua kata tersebut tidak persis sama benar. Kesinoniman kata masih berhubungan dengan masalah makna denotatif dan makna konotatif suatu kata.
Dapat membedakan kata ilmiah dan kata popular dengan benar

Kata ilmiah merupakan kata-kata logis dari bahasa asing yang bisa diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Kata-kata ilmiah biasa digunakan oleh kaum terpelajar, terutama dalam tulisan-tulisan ilmiah, pertemuan-pertemuan resmi, serta diskusi-diskusi khusus. Yang membedakan antara kata ilmiah dengan kata populer adalah bila kata populer digunakan dalam komunikasi sehari-hari.

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa kata-kata ilmiah digunakan pada tulisan-tulisan yang berbau pendidikan. Yang juga terdapat pada penulisan artikel, karya tulis ilmiah, laporan ilmiah, skripsi, tesis maupun desertasi. Agar dapat memahami perbedaan antara kata ilmiah dan kata populer, berikut daftarnya:

contoh diksi

Jadi, sekarang Anda sudah mengetahui bahwa diksi adalah pemilihan kata-kata Anda yang ingin disampaikan. Diksi yang baik tentu akan menciptakan karya yang baik ataupun mendatangkan hal yang baik pula. Semoga pembahasan pengertian diksi sampai syarat-syaratnya kali ini bisa menambah pengetahuan Anda tentang kebahasaan. Demikian pembahasan kali ini tentang pengertian diksi dan semoga bisa bermanfaat.

Share yuk, ke:

Leave a Comment