RRA (Rapid Rural Appraisal) dalam Pembangunan Desa

RRA merupakan singkatan dari Rapid Rural Appraisal. Apa yang dimaksud dengan Rapid Rural Appraisal? Simak pembahasan selengkapnya berikut ini.

Dalam membangun desa yang mandiri, berdaya dan sejahtera, upaya pemberdayaan masyarakat desa perlu dilakukan. Langkah awalnya adalah memahami masalah-masalah apa saja yang dialami oleh masyarakat.

Untuk bisa memahami masalah masyarakat pedesaan diperlukan suatu metode pendekatan dimana masyarakat turut dilibatkan dalam prosesnya.

Ada dua metode pendekatan yang cukup dikenal. Kedua metode tersebut, yakni RRA (Rapid Rural Appraisal) dan PRA (Participatory Rural Appraisal). Namun, pembahasan kali ini hanya berfokus pada metode RRA saja.

Apa yang Dimaksud dengan RRA?

RRA atau Rapid Rural Appraisal adalah metode memahami kondisi suatu pedesaan dengan cepat.

Metode ini dilakukan dengan cara berkomunikasi langsung dengan masyarakat secara informal untuk mendapatkan berbagai informasi sekaligus mengamati kondisi-kondisi yang ada.

Metode RRA ini juga merupakan cara tercepat untuk mengetahui bagaimana pandangan masyarakat desa terkait berbagai hal dan dengan biaya yang relatif minim.

Informasi-informasi yang didapat kemudian dilakukan analisa sebagai dasar perancangan pembangunan desa tersebut sehingga pembangunan desa yang dilakukan bisa sesuai dengan pandangan masyarakat.

Mengapa metode RRA ini ada?

Merujuk pada jurnal “Metode PRA dan RRA” yang dipublikasikan oleh Institut Pertanian Bogor, ada tiga hal yang menjadi penyebab lahirnya metode RRA ini (Chambers, 1992).

Pertama, adanya ketidakpuasan terhadap bias, terutama bias anti kemiskinan yang diakibatkan pembangunan desa wisata.

Maksudnya adalah adanya kunjungan singkat ke pedesaan oleh para profesional (bias ruang) dimana hanya tempat tertentu saja yang dikunjungi, seperti desa dekat kota, dekat jalan besar, dan mengabaikan desa pinggiran.

Selain bias ruang, muncul juga bias personal, bias proyek dan bias musim serta bias diplomatik.

Kedua, ada rasa kecewa terhadap proses survei yang dilakukan secara konvensional. Ketiga, mencari metode pemahaman yang lebih efektif dari metode-metode yang ada sebelumnya.

Baca juga: NIPD (Nomor Induk Perangkat Desa) − Ini Kabar Terbarunya

Prinsip-Prinsip Rapid Rural Appraisal

Dalam prosesnya, RRA menerapkan beberapa prinsip di antaranya:

  • Pembalikan pemahaman, yakni belajar langsung dari masyarakat setempat terkait isu tertentu.
  • Cepat dan progresif dalam belajar melalui eksplorasi yang terencana dan dapat menyesuaikan dengan proses belajar yang dipakai.
  • Luwes dalam penggunaan metode, melakukan improvisasi, pengulangan, cek silang, dan tidak mengikuti blue print.
  • Menjaga keseimbangan bias.
  • Optimalisasi pertukaran, menghubungkan biaya pemahaman dengan informasi yang bermanfaat, keakuratan serta ketepatan waktu.
  • Menemukan keanekaragaman informasi, seperti meneliti hal yang kontradiktif, anomali maupun perbedaan-perbedaan.

Beberapa Kelemahan RRA

Berdasarkan jurnal penelitian yang sama dengan di atas, menurut Chambers (1992), ada lima kelemahan RRA (dan PRA juga termasuk di dalamnya). Berikut penjelasan lima kelemahan tersebut.

Pertama, adanya kemungkinan fadisme. RRA dapat didiskreditkan akibat adanya penyalahgunaan serta adopsi yang terlalu cepat dan memberikan label tanpa makna yang jelas.

Salah satu gejalanya yaitu munculnya permintaan pelatihan yang melebihi tenaga pelatih yang tersedia dan kompeten.

Kedua, sesuai dengan nama metodenya, rapid, sehingga besar risiko terlalu cepat menyimpulkan suatu hal tanpa mempertimbangkan berbagai faktor.

Ketiga, formalisme, dimana munculnya budaya pembakuan dan penyusunan strategi dalam bentuk buku manual atau pedoman.

Contohnya, seperti buku pengalaman dan resep-resep praktis RRA. Resiko muncul ketika pelatihan hanya berdasarkan buku teks saja tanpa praktik langsung di lapangan.

Keempat, kebiasaan, dimana praktisi dan pelatih menjadi mulai jenuh akibat aktivitas yang berubah menjadi rutinitas dan kebiasaan.

Kelima, penolakan, dimana para pelopor yang telah menyumbangkan pikiran dan tenaganya merasa tidak mendapatkan pengakuan hak atas apa yang seharusnya dihargai.

Kesimpulannya

Pada dasarnya, RRA belum sepenuhnya melibatkan masyarakat dalam proses pembangunan desa. Masyarakat desa di sini masih berperan pasif saja dengan memberikan keterangan maupun informasi seputar yang ditanyakan.

Padahal, berdasarkan pemikiran para ahli pembangunan, masyarakat desa sendiri memiliki pengetahuan dan kemampuan yang beragam terkait dengan kehidupan mereka di desa.

Masyarakat desa perlu dilibatkan secara aktif dalam pembangunan desa sehingga timbul rasa ingin maju dan berdaya serta sense of belonging terhadap desanya.

Share yuk, ke:

Leave a Comment